Rabu, 12 Agustus 2015

Khutbah Idul Adha PENGORBANAN MERUPAKAN BUMBU DARI KEBERHASILAN



اللهُ أكْبَرُ × 9
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى سيّدِنَا وحَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Tiada henti Allah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya, umat manusia di seluruh belahan bumi ini, juga kepada kita semua. Terlebih disaat yang sangat berbahagia seperti ini, dimana kita ditakdirkan dapat diterima dan bersimpuh dihadapan-Nya untuk menghadapkan segala kerendahan diri dan kehinaan di hadapan Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa. Menghaturkan segala hajad dan kebutuhan hidup di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa. Curhat atas segala kelemahan diri dan dosa-dosa di hadapan Allah yang Maha Pengampun, di masjid yang mulia ini bersama-sama melaksanakan sholat Idul Adha.
Untuk memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada tandingnya. Pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan, Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Habiibina Baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan dan pengorbanan pula Beliau telah berhasil menancapkan sendi-sendi iman dan tauhid di dada umatnya, juga kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat yang telah melanjutkan tongkat estafet dan komando kepemimpinan, sambung menyambung sampai sekarang sehingga hasilnya bisa kita nikmati sampai saat ini.
Salah satu pengorbanan besar yang tercatat dalam sejarah kemanusiaan yang diabadikan Allah dalam firman-Nya, seakan telah menjadi pondasi bangunan yang kokoh kuat ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangun kota Mekkah Al-Mukarromah. Pengurbanan yang sama sekali tidak masuk di akal sehat. Betapa seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercinta dan perintah itu dapat mereka berdua laksanakan dengan sempurna tanpa cacat. Perintah Allah Swt. tersebut berawal dari bisikan mimpi yang mengusik tidur Abal Anbiya’, Nabiyulloh Ibrahim As. Allah memberikan wahyu lewat mimpi benar kepada nabi-Nya agar menyembelih putra semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim terjaga dari tidurnya, ia mengira apa yang mengganggu tidurnya itu hanya bisikan setan yang lalu lalang seperti bisa, sebab sangat tidak mungkin Allah Swt yang Maha penyayang dan pengasih memerintahkan nabi-Nya untuk menyembelih putra yang telah lama dinanti-nantikannya. Satu-satunya putra yang digadang-gadang menjadi penerus perjuangan, pelanjut silsilah keturunan dan penyambung tongkat estafet kenabian.
Namun demikian mimpi menakutkan itu tidak dibiarkan berlalu begitu saja tanpa arti. Nabi Ibrahim As. mencoba merespon dengan akalnya, hasilnya dia menampik perintah tersebut lantaran tidak bisa diterima logika. Ketika Allah kembali mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali, baru Nabi Ibrahim Khalilullah ini sadar dan yakin bahwa mimpi tersebut bukan sekedar bisikan setan yang lalu lalang melainkan perintah langit yang dirahasiakan, maka hamba yang taat itu segera saja mencampakkan akalnya dan menerima perintah tersebut dengan hati dan iman secara kafah sebagai wujud ketundukan dan kepatuhan seorang hamba kepada Junjungannya yang Maha Perkasa. Peristiwa sejarah tersebut diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108) سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. – Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). – Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, –  sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. – Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata – Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar – Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.  (QS.Ash-Shofat/102 – 109)
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata – Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”, demikian yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya di atas . Ujian yang benar-benar ujian yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya itu, ketika mampu dilaksanakan dengan sabar dan ikhlas maka Allah memberikan balasan besar kepadanya. Wujud balasan itu tidak hanya diselamatkan dari ujian tersebut, namun juga mendapatkan pujian yang abadi, derajat tinggi dan bahkan menjadi sebab diturunkannya keberkahan Allah untuk Bumi di mana tempat ujian itu terjadi.
Ketika seorang anak dihadapkan kematian dengan pedang di tangan ayahnya sendiri, anak itu dengan tulus berkata : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Ketika seorang ayah harus melaksanakan perintah untuk menyembelih anak tercintanya yang sedang berbaring lemas dipangkuannya dan menyiapkan lehernya untuk digorok oleh tangannya sendiri, seorang bapak mampu melakukannya dengan ihlas semata-mata karena melaksanakan perintah Allah, padahal perintah itu hanya diterima melalui mimpi. Subhanallah !!! siapakah yang sanggup melakuan pekerjaan yang tidak logis itu selain para kekasih-Mu Ya Allah. Seorang hamba yang lebih mencintai-Mu dibandingkan cintanya kepada apa saja selain-Mu, meski kepada satu-satunya calon penerus keturunan yang dibanggakannya … !!
Ketika dengan sabar dan penuh keikhlasan Nabi Ibrahim As menjalankan perintah tersebut, Allah bangga kepadanya. Sedetik sebelum mata pedang yang sudah diasah tajam itu menyentuh leher anak yang matanya sudah terpejam, dengan kuasa-Nya Allah Swt mengganti tubuh anak tersebut dengan seekor kambing kibas dari surga. Inilah peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan yang mungkin tidak akan terulang sepanjang zaman. Peristiwa sejarah mana yang menunjukkan pelajaran yang amat sangat berharga, yakni apabila orang mau bersabar menghadapi ujian dan musibah dan ridho serta ikhlas menjalaninya, meski nyawa taruhannya, bukan saja akan mendapat pahala basar, namun juga ganti yang lebih baik dan sempurna. Terbukti bahwa pengurbanan yang dilakukan dua manusia pilihan itu tidak sia sia, tidak hilang begitu saja ditelan zaman, namun telah menjadi pondasi yang kokoh kuat atas bangunan kota Mekkah al-Mukarromah dan keberkahan Allah yang dicurahkan di atas kota itu dan sekitarnya sampai saat sekarang. Tanah yang asalnya mati dan gersang itu menjadi kota yang paling makmur dan penuh berkah di muka bumi.
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Idul Adha identik dengan Idul Qurban, tapi qurban yang dimaksudkan khotib bukan sekedar menyembelih hewan qurban kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima. Qurban yang dimaksudkan adalah melaksanakan pengurbanan hakiki, yakni mengurbankan sebagian yang kita cintai, baik harta benda maupun penghormatan untuk dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkannya, hal itu dilakukan semata-mata melaksanakan “ta’abbudan lillah”, semata-mata mengabdi kepada Allah dalam rangka memperingati dan mengenang pengurbanan besar yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim As beserta keluarganya. Pengurbanan mana yang nantinya tidak hanya bisa dijadikan pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Pengurbanan yang mampu mengangkat hasrat kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan kemampuan pribadi, menjadi orang mulia baik dihadapan manusia maupun dihadapan Rabbul Izzah, demikian itu yang pernah dilakukan dan didapatkan oleh Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya.
Disamping hal penting tersebut, ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita agar memiliki jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama serta pembangunan mental spiritual yang tangguh. Bahkan tidak hanya itu saja, ibadah qurban juga sekaligus harus bisa merontokkan sifat-sifat basyariah yang tercela, kebiasaaan dan karakter kemanusiaan yang jika dibiarkan bisa menjadi penyebab timbulnya kerusakan di di muka bumi. Ungkapan rasa syukur atas segala anugerah yang diwujudkan dengan menasarufkan sebagian harta yang kita miliki dengan membeli dan menyembelih hewan qurban serta pendistribusian dagingnya kepada kalangan fuqoro wal masaakin agar di hari raya ini mereka dapat menikmati kegembiraan yang sama, disamping merupakan simbol agar kita mau berbagi kepada sesama serta ikut meringankan beban hidup orang lain yang bisa membangun kekuatan persaudaraan antara sesama umat, juga menguatkan jiwa kita secara pripadi dalam menghadapi tantangan dan kompetisi hidup yang rasanya seakan tidak berkesudahan, terlebih apabila hal yang sangat positif tersebut tidak hanya bisa dilakukan pada hari-hari tertentu saja, seperti hari Idul Adha sekarang ini, tetapi juga setiap saat dan kesempatan yang ada, saat kita diberi kemampuan dan kelebihan oleh Allah Swt.
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Jika kita mengamati fenomena yang terjadi belakangan ini di mana tahun politik berarti tahun kemunafikan, para Tokoh Partai Politik sedang memutar otak untuk menutupi boroknya dengan kebohongan dan pencitraan, sekaligus mencari dana biaya pencitraan yang tidak sedikit, hingga banyak dari kalangan mereka menjadi gelap mata, berlomba-lomba mengeruk uang haram, memarup anggaran proyek di Kementrian yang dikuasai supaya ikut kebagian uang rampokan, akibatnya di tahun politik ini korupsi jadi semakin meraja lela dan membabi buta.
Tidak hanya itu saja, para Tokoh Partisan yang jelas-jelas terindikasi berbuat kejahatan, korupsi dan menyalagunakan jabatan masih saja ngotot untuk memenangkan pertarungan. Mereka tidak sungkan-sungkan tampil di panggung pencitraan padahal boroknya tidak ketulangan, bahkan banyak bermunculan orang yang hanya bermodalkan nekat, karena terbiasa merasa besar dikalangan sendiri kemudian muncul di publik, akibat mabuk pujian dari para penjilat yang nebeng kehidupan hingga tidak merasa malu dan mengukur kemampuan mendeklarasikan diri jadi calon Presiden.
Bahkan dari kalangan para Ustadz yang terhormat, yang dulunya jadi panutan rakyat karena selalu membawa-bawa nama ayat Agama dan Dakwah, ketika menduduki jabatan tinggi di Partai Politik, bahkan satu-satunya partai politik yang berani menamakan diri Partai Dakwah, ternyata sama saja, setali tiga uang, kini sebagian mereka ada yang duduk di kursi pesakitan, sementara waktu harus berpisah dengan keluarga tercinta karena mempertanggungjawabkan perbuatan. Inilah realita dan fenomena yang sampai saat ini setiap hari dan setiap saat masih saja disajikan oleh media masa di Negeri ini, baik Elektronik/TV, media Cetak dan media Online.
Di hari yang suci ini, saat Kaum Muslimin di seluruh Dunia memperingati hari raya Idul Qurban, kita boleh bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kita harus menyotoh mereka itu, para perusak kehidupan sesama sekedar untuk meraih kejayaan pribadi maupun golongan?? , para perampok uang rakyat bahkan dengan mengatasnamakan Agama dan Dakwah yang akhirnya terjerembab jadi terdakwa ?? Jika tidak, pertanyaan berikutnya apa yang sudah kita perbuat untuk kejayaan kita sendiri, pengorbanan macam apa yang sudah kita lakukan untuk mencapai peningkatan hidup yang kita dambakan, untuk keberhasilan hidup kita sendiri bukan keberhasilan hidup orang lain. Apakah kita hanya boleh menuntut saja tanpa berbuat apa-apa sementara orang lain berkorban dan bahkan dikorbankan …?? Atau barangkali kita yang justru selalu mengurbankan kepentingan orang lain untuk kelangsungan hidup kita ??, bahkan menjadikan orang lain sebagai tumbal dan kambing hitam untuk sekedar menyelamatkan kehidupan kita yang sedang terancam bahaya ??. Kita hanya berharap hidup enak tapi enggan melakukan perjuangan..??, Apalagi kalau ternyata kita yang selalu menjadi sebab terjadinya kerusakan di muka bumi dengan ucapan atau fitnah dan adu domba yang kita lontarkan kepada sesama kawan kemudian kita berharap mendapatkan kebaikan dari keburukan yang kita lakukan itu ?? apakah hal semacam itu bisa terwujud sementara fenomena sejarah telah berbicara secara terang benderang, bahwa tanpa pengorbanan jangan harap ada keberhasilan.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Inilah hikmah terbesar dari peringatan hari besar IDUL QURBAN yang sedang kita peringati hari ini, bukan hanya untuk memperingati peristiwa sejarah kemanusia itu saja, namun juga, disamping sebagai momentum untuk membersihkan jiwa dan pikiran kita dari penyakit kehidupan yang mematikan, seperti korupsi, manipulasi, menyalahgunakan jabatan dan penyakit kejiwaan lainnya yang tidak kalah mematikan, seperti iri, dengki, hasud, dendam dan sombong yang bisa berujung fitnah dan adu domba, juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran jiwa kita, dimana setiap pribadi Muslim harus siap berkorban untuk kebahagiannya sendiri. Setiap kita harus siap menyongsong keberhasilan dan peningkatan hidup dengan perjuangan dan pengorbanan. Dimulai dari diri sendiri untuk tidak berpangkutangan saja dan bermalas-malasan dan ketika berakibat buruk pada kehidupannya kemudian orang mengkambinghitamkan nasib dan takdir. Padahal nasib dan takdir itu harus dimulai dari diri sendiri, “siapa beramal sholeh maka itu untuk dirinya sendiri, dan siapa berbuat jahat akibatnya akan ditanggung sendiri”. Maksudnya, barangsiapa menanam kebaikan, akan menuai kebajikan dan barangsiapa menanam kejahatan dan kemalasan akan menuai kehancuran. Itu berlaku untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, itulah sunnahtullah yang tidak ada perubahan untuk selama-lamanya.
قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون :   وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم  . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين
wordpress.com

Selasa, 07 Juli 2015

KHUTBAH IDUL ADHA KELUARGA IBRAHIM MENJADI TELADAN UNTUK PRIBADI DAN KELUARGA

الله أكبر الله أكبر !
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله اكبر الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله الذى جَعَلُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَه  طَبِيْبَةُ ,أشهد أن لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شريك له,
وأشهد أن محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ وقَائِدِ المجاهدين نبيِّنا وشفيعِنا وقُرَّةِ أَعْيُنِنَا محمدٍ وعلى آله وصحبه وأنصاره وجُنُوْدِهِ ومَنْ أَحْيَى سُنَّتَهُ وَسَلَكَ سَبِيْلَهُ
ونَهَجَ مَنْهَجَهُ وجاهَدَ فى اللهِ حَقَّ جهادِهِ إلى يوم الدين
أما بعد فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن

الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله

Kita panjatkan syukur kehadirat Allah swt, atas seluruh nikmat dan karunianya yang telah diberikan kepada kita semua. Salam dan shalawat  teruntuk Nabi kita Muhammad saw,  segenap keluarga, sahabat dan  seluruh pengikutnya yang istiqomah di jalan Islam, mereka  yang selalu menyerukan dakwah hingga hari kiamat.
Jamaah sekalian, pada hari ini lebih dari 1 juta  ummat Islam sedang menjalankan ibadah Haji di Tanah  Suci dan pada saat yang bersamaan kita berada disini sedang menjalankan ibadah shalat Idhul Adha dan berkurban. Kebersamaan ibadah ini bukan suatu kebetulan, melainkan kita telah diikat oleh ajaran yang satu, aqidah yang satu. Kegiatan ibadah haji ini bukanlah kegiatan yang baru, dia merupakan kegiatan napak tilas  Abina Ibrahim as. Untuk itu, pada kesempatan khotbah Id hari ini saya ingin memberikan topik khutbah  yaitu

SIFAT HALIM SEBAGAI VISI  KELUARGA  NABI IBRAHIM
untuk menjadi  teladan bagi  pribadi dan keluarga sukses.

Harapannya, agar kita  semua  akan mampu  menyiapkan generasi Islam, generasi  Abina Ibrahim, sehingga mampu memunculkan pemuda-pemuda  seperti Nabi Ismail  as yang disebut sebagai Ghulamin Halim dalam  Al  Quran.

KEBERHASILAN  UJIAN KELUARGA IBRAHIM DAN HIKMAH  BERKURBAN
الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله

Keteladan Ibrahim puluhan tahun sepeninggalnya jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia, masih berduyun-duyun  menapak jejak perjuangan dan  pengorbanannya. Sebagai penegak tauhid Ibrahim yakin bahwa, setiap perintah Allah swt adalah kebenaran. Hanya dengan mengikuti petunjukkanya manusia akan selamat dari kehancuran. Termasuk kita yang ada disini, setiap tahun kita  berkurban, sebagai simbul  keberhasilan perjuangan  Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as. Ada beberapa hikmah yang kita ambil dalam  peristiwa keluarga Ibrahim as, yaitu:





Pertama, Pesan Tauhid
Sejumlah agama berhala biasa mengorbankan manusia untuk menyembah tuhan mereka. Dengan diselamtkan Ismail Allah menunjukkan, bahwa Islam sangat menjujung tinggi martabat manusia. Tidak mungkin manusia meninggikan asmanya dengan membinasakan sesamanya. Sehingga dalam beribadah  kita dilarang  menyimpang dari fitrah manusia itu sendiri.

Kedua, Pesan konsistensi dengan prinsip dalam hidup
Ibrahim telah mampu meletakan struktur pemikiran dan filosofi yang kuat dalam diri dan keluarganya, yaitu bahwa setiap perintah Allah swt adalah kebenaran. Demi perintah Alah, Ibrahim mampu meninggalkan  istri dan anaknya di padang tandus. Ibrarahim  mampu menyembelih putranya Ismail. Istiqomah adalah konsistennya seseorang  dengan sebuah prinsip dalam kurun waktu yang panjang.
Firman Allah dalam QS Ali Imran: 102
Yaa ayuhaladzina aamanutaqullaha haqqa tuqaatih, wallaa tamuutunna illa wa antum muslimun.

Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepadanya, dan janganlah mati kecuali dalam keadaan Islam (kosistenlah di jalan Allah hingga kemaatianmu).

Ketiga, Pesan Perjuangan
Darah adalah simbul perjuangan. Kaum papa harus terus berjuang untuk meningkatkan izzah dan martabat kehidupannya, mereka tidak boleh terus menerus menggantungkan diri pada belas kasihan orang lain. Untuk itu, semua orang harus terus menerus mengembangkan potensi dirinya dalam memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akherat. Kita harus memiliki prinsip hidup, bahwa tidak ada kemenangan tanpa perjuangan dan kerja keras.

Keempat, Pesan Sosial
Ibadah kurban merupakan  sunah muakat bagi orang yang mampu. Berkurban  merupakan salah satu jembatan penyambung rasa antara kaum berada dengan kaum dhuafa. Kaum beradapun tidak boleh berhenti untuk membantu  perjuangan kaum papa, sehingga hidupnya  mandiri. Jika kaum berada kaum papa sudah melangkah bersama, maka secara perlahan kecemburuan sosial akan sirna. Kita harus mampu meningkatkan kepekaan sosial dalam membentuk keluarga dan masyarakat yang islami.

SIFAT HALIM YANG MELEKAT  PADA KELUARGA NABI  IBRAHIM (VISI KELUARGA)
الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله

Mari kita melihat bagaimana pribadi nabi Ibrahim as dan keluarganya yang agung sehingga mampu melewati ujian besar dari  Allah  dan patut dicontoh oleh seluruh  ummat manusia. Firman  Allah swt  dalam QS Al Mumtahanah: 4:

Qad kaanat lakum  uswatun hasanah fii Ibraahiim waladziina ma’ahu.
Sungguh pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama  dengannya terdapaat suri tauladan yang  baik bagi kalian.






Ada beberapa pribadi  Ibrahim   yang direkam dalam Al  quran, sehingga beliau sebagai suri tauladan yang Agung, yaitu:
Pertama, Pribadi Nabi Ibrahim as yang  haliim (penyantun), yaitu sebagaimana firman  Allah swt dalam QS At taubah: 114:

Inna Ibrahiima la-awwaatun haliim.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seseorang  yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.

Kedua,  Doa orang tua dan karakter putranya Ismail   sebagai pemuda yang halim (lembut) yaitu sebagaimana firman  Allah swt dalam QS Ash Shaaffaat: 101:
Rabbi hablii minashsholihiin. Fabasysyarnaahu bighulaamin haliim.

Yaa Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yag sholeh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat shabar (nabi Ismail as).

Ketiga, Sifat Halim merupakan  asma Allah yang  Agung, yaitu sebagaimana  dalam firman  Allah swt dalam QS Ali Imran : 155.
Inallaha ghafurun haliim.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun  lagi Maha Penyantun.

Juga firman Allah dalam QS. An Nisaa: 12

Wallahu ‘aliimun haliim
Dan  Allah Maha  Mengetahui dan  Maha Penyantun.

Jadi kalau kita lihat beberapa ayat tadi, sifat halim yang mulia itu merupakan struktur berfikir  dan karakter keluarga Ibrahim yang dalam. Kita melihat adanya kesamaan pandangan, sifat, karakter, filosofi dalam diri ayah dan anak, inilah keluarga yang memiliki visi bersama. Untuk menggapai keberhasilan kita perlu memeiliki sifat halim, yaitu lembut hati, peka dengan masalah sosial, cerdas emosionalnya. Bahkan Allah menyatukan sifat halim dengan alim. Jadi  untuk dapat sukses kita memerlukan kecerdasan otak dan kecerdasan bathin, atau orang  menyebut sebagai cerdas secara emosional (EQ-emotional quotient) dan cerdas secara intelektual (IQ- intellectual quotient). Kesuksesan Ibrahim dalam berjuang ditambah lagi dengan kelurusan aqidah (SQ-spiritual quotient), yaitu  petunjuk dan kebenaran hakiki dari Allah swt. Kesuksesan Ibrahim juga didukung kesiapan fisik (PQ-physical quotient), sehingga mampu berjuang dan menghancurkan berhala-berhala.

KARAKTER DASAR PRIBADI DAN KELUARGA SUKSES  MASA DEPAN
الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله

Bagaimana karaketer dasar  untuk pribadi dan keluarga  yang sukses pada masa depan nanti. Makna demensi masa depan menurut seorang muslim  dapat berupa  dunia dan akherat.
Kehidupan dunia pada masa depan diramalkan oleh para ahli, yaitu  akan lebih sulit dari kondisi sekarang. Semakin sulitnya masa depan disebabkan karena beberapa alasan, yaitu: sifat kompetisi yang semakin tinggi (competition), perubahan yang tidak menentu (uncertainty), kompleksitas permasalahan sosial masyarakat (complexcity), sehingga kehidupan penuh dengan tantangan (challenge).

 Hanya dengan kesiapan yang matang, maka kita dapat merubah kondisi masa depan tersebut  menjadi peluang (opportunities) yang lebih baik,  yaitu  peluang dan  kemudahan  untuk dunia dan akherat.
Allah berfirman dalam QS. Alam Nasyrah: 6
Inna ma ’al ‘usri yusraa
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Jadi untuk  membuat pribadi dan keluarga yang sukses pada masa depan, maka kita harus mampu merubah kendala dan hambatan  menjadi  peluang. Untuk itu kita harus menyiapkan diri dan keluarga  kita dengan  empat hal yang utama, yaitu dari aspek spiritual, emosional, intelektual dan fisik. Dengan persiapan 4 hal yang utama tersebut, yaitu spiritual, emosional, intelektual dan fisik,   maka pribadi atau keluarga akan mampu melihat kondisi masa depan dengan baik, mengenal pola perubahan, memiliki pengetahuan kultural, memiliki landasan  fleksibilitas dan luwes, memiliki visi dan  energi, membangun kecerdasan dan mengetahui nilai-nilai global.
Kita berharap berharap, semoga pemimpin-pemimpin , serta rakyat di negeri  ini memiliki  karakter yang berkualitas. Dan semoga Allah swt segera mengganti para pemimpin kita  yang tidak berkualitas, khususnya memiliki kerusakan  moral.

Jamaah sekalian,
Keluarga  yang akan sukses pada masa depan adalah keluarga yang dibangun di atas tatanan spiritual yang mapan, sehingga berkumpulnya suami, istri dan anak tidak hanya dalam dimensi dunia saja. Pertemuan mereka akan berlanjut dalam  nostalgia di syurga dengan keridhaan Allah swt. Suami harus mampu mengarahkan keluargaanya  ke arah yang lebih baik, istri mampu memberikan ketaatan kepada suami dan Allah swt, anak sholeh sebagai invenstasi dunia dan akherat bagi orang tuanya. Seluruh komponen keluarga  hendaknya memiliki visi dan misi  yang satu. Hadirnya keterbukaan dan komunikasi empatik adalah kunci untuk mendapatkan jalinan, saling  ketergantungan yang menguntungkan. Sinergi adalah ukhuwah yang memberikan berkah.

MENCETAK KELUARGA ISLAM UNTUK MASA DEPAN
الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله
Keluarga adalah struktur terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga adalah benteng terakhir untuk membentuk masyarakat yang berkualitas. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk membentuk keluarga yang islami pada masa depan, yaitu:
1.    Hendaknya setiap anggota keluarga  selalu memperbaharui orientasi  segala aktifitasnya  hanya karena Allah semata. Hanya dengan kelurusan aqidah, Kelembutan hati  dan kecerdasan intelektual  keluarga akan  berada dalam kondisi yang lebih baik pada  masa yang  akan datang.
2.    Mari kita satukan seluruh potensi ummat dan keluarga agar tidak terpecah belah. Perpecahan ummat dan keluarga justru akan melemahkan kekuatan kita sendiri. Jangan mudah dibakar semangat tanpa   menggunakan  hati nurani.
3.    Mari kita tingkatkan  dari kesalehan pribadi menuju kesalehan  masyarakat. Kita tegakkan Islam kedalam sendi-sendi kehidupan kita.
4.    Waspadailah dengan janji-janji manis dari manausia dan syaithan yang menjerumuskan kita dalam lembah maksiat, dosa dan kehinaan.
5.    Mari kita membentengi keluarga dan masyarakat kita dengan dakwah. Semua harus bergerak untuk menegakkan kalimat Allah sebelum   terjadinyaa kerusakan yang lebih parah  dalam kondisi masyarakat kita.   Cukup sedih kita mendengar  penggunaan narkotika, pelacuran dan perkosaan dikalangan  remaja, perjudian.

MENCETAK GENERASI GHULAMIN HALIM  PADA ABAD 21
الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله
Sekarang giliran saya ingin menyampaikan pesan khusus kepada para pemuda dan siapa saja yang terlibat dalam menyiapkan para pemuda. Apakah itu orang tua, guru, murabbi, pendidik. Pemuda adalah aset masa depan, jika tidak kita siapkan maka generasi kita akan putus. Jika  pemuda islam tidak disiapkan dengan baik, maka sangat mungkin ummat akan terhinakan pada masa  yang  akan datang. Pesan saya  adalah:
1.    Selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. Meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita. Pelajarilah islam dan tidak ekstrim pada pendapat seseorang. Tidak figuritas dan taqlid tanpa ilmu. Semoga Allah swt memberkahi kita  dengan aqidah yang lurus (salimul aqidah).
2.    Hormatilah orang yang telah berjasa  kepada Anda, yaitu orang tua, guru dan pendidik  Anda. Carilah  pendamping dalam pengembangan spiritual anda. Semoga Allah swt memberkahi kita  dengan akhlaq   yang baik (mathi’nul khuluq).
3.    Kembangkanlah ketrampilan belajar (learning skills). Yakinkan anda telah memiliki ketrampilan  belajar  tentang membaca cepat (reading skill), mendengar, mengumpulkan data dan observasi. Semoga Allah swt memberkahi kita  dengan wawasan yang luas (mustaqoful fikri)                                                                                                  
Yakinkan anda telah memiliki ketrampilan  belajar  tentang berfikir kritis dan  kreatif (critical/ analytical thinking and creative thinking), kemampuan mengingat (building memory),  imajinasi kreatif dan berfikir positif dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran. Yakinkan anda telah memiliki ketrampilan  belajar  tentang berbicara didepan umum, menulis dan membuat konsep.
4.    Kembangkanlah ketrampilan untuk hidup (life skills). Keadaan hidup pada masa depan semakin sulit, sehingga  kita harus memiliki ketrampilan untuk dapat bertahan dalam hidup  dengan segala kondisi yang mungkin terjadi (survival).  Yakinkan anda telah memiliki ketrampilan hidup berupa kemampuan untuk memotivasi diri anda sendiri,   sifat gigih, tekun, ulet dan sabar. Yakinkan anda telah memiliki ketrampilan  hidup  tentang  cara mengambil keputusan, ketrampilan belajar untuk belajar, ketrampilan  memecahkan masalah. Semoga Allah swt memberkahi kita  dengan kemampuan mencari rizqi (kodirun  ‘alal kasbi) , sehingga kita dapat layak hidup di dunia dengan baik.
5.    Katakan TIDAK  terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang. Jauhkan perjudian dan  perzinaan, sesungguhnya pepatah mengatakan “ an nafsu kaana tiflun”, bahwa nafsu itu seperti anak  kecil (nafsu tidak ada puasnya).  JAGALAH KESEHATAN PRIBADI ANDA. Semoga Allah swt memberkahi kita  dengan  kesehatan dan kekuatan badan kita (qowiyul jism)
6.    Ciptakan visi pribadi dan ciptakan rasa kebutuhan yang banyak untuk  dapat menggerakkan hidup anda. Penuhi fikiran anda dengana konsep dan rasa ingin tahu, semua itu sangat berguna  untuk menyelesaikan problem hidup. Semoga Allah swt memberkahi kita  dengan kemampuan  mengatur kehidupan kita (munadzom fii syu’nihi).

الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله
Kemajuan identik dengan pengorbanan. Kualitas identik dengan profesionalisme. Produktifitas idetik dengan waktu dan sumber daya. Kekayaan identitik dengan investasi. Kemenagan mesti diraih dengan  beramal, bekerja dan komitmen yang konsisten (istiqomah). Kemenangan tidaklah datang dengan tiba-tiba.

الله أكبر  الله أكبر  الله  أكبر  ولله الحمد, معاشر المسلمين رحمكم الله
Jamaah sekalian yang berbahagia,
Rasulullah saw bersabda, ada 2 sebab sehingga biji mata  manusia  tidak   disentuh (diharamkan) dari  api neraka. Yaitu mata yang menangis karena Allah  dan mata yang bergadang karena berjihad di jalan Allah. Bahkan seorang ulam mengatakan, jika kamu tidak dapat menangis  karena Allah, maka  bersedih dan menangislah  karena kamu tidak dapat menangis karena Allah.
Diakhir khotbah ini, marilah kita tundukan  mata dan hati kita dihadapan Allah swt. Dengan diiringi penghayatan akan siksa neraka dan lemahnya diri ini.  Dengan keharuan yang mendalam  dalam dada kita dan kebersihan hati. Semoga Allah memberikan keberkahan yang banyak kepada kita  pada pagi hari ini. Semoga suasana alam dan benda ini menjadi saksi akan doa kita kepada Allah swt. Semoga malaikat  yang hadir  juga menguatkan doa kita.

Yaa Allah   Ya Rahman, Ya Rahiim, Ya Jabbar,  Ya ‘Alimun haliim. Ya Azizul Hakim. Allahuma salim ‘ ala sayyidina Mumammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajimain.
Ya Allah kami yang hadir di sini adalah hambamu yang dhoif,  banyak kekurangan dan penuh dengan dosa dan kesalahan.  Yaa Allah kami mohon kepadaMu, dengan rahmatMU yang meliputi segala sesuatu, dengan kekuasaanMU  yang dengannya Engkau  taklukan segala sesuatu.
Ya Allah, kami berlindung atas cahaya robbaniMu, yang memenuhi segala sesuatu, kekuasaanMu yang mengatasi segala sesuatu, ilmuMu yang mencakup segala sesuatu. Wahai Nur, wahai yang  Maha Awal dan segala yang awal, wahai Maha Akhir dari segala yang akhir.
Ampunillah dosa-dosa kami yang mendatangkan bencana,
Ampunillah dosa-dosa kami yang merusak karunia,
Ampunillah dosa-dosa kami yang menahan doa,
Ya ampunilah dosa kedua orang tua kami, kasihanilah beliau sebagaimana beliau mengasihi kami sewaktu kecil. Ya Allah, sungguh  belum bayak  jasa kedua  orang tua kami.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kedua orang tua kami, khususnya yang  sudah meninggal dunia. Terangilah kuburnya, lapangkalah kuburnya, ya Allah jadikan doa kami  saat ini menjadi penyejuk ruhnya   ruh orang tua kami di kubur,
Yaa  Allah, janganlah engkau azab kedua orang tua kami, disebabkan  karena  maksiat dan dosa –dosa  dari putra-putrinya. Yaa , Allah, sungguh dari permintaan kami yang paling dalam,  semoga   Engkau ampuni dosa dan kesalahan  kedua orang tua kami, jika mereka sewaktu hidup tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman  akan agama ini sebagaimana  kami fahami saat ini. Yaa Allah , engkaulah maha pengampun .
Ya Allah, jadikanlah  keluarga kami  menjadi keluarga  sakinah, mawadah, dan rahmah, yaitu sebuah keluarga yang selalu engkau berikan cahaya , petunjuk dan  kasih sayang dalam keluarga kami. Jauhkanlah  kami dari perselisihan, saling  mencari kesalahan, serta mudahkanlah kami dalam menyelesaikan persolan hidup kami.
Ya Allah, jadikanlah putra-putri kami menjadi orang-orang yang sholeh dan sholehat.
Yaa Allah, izinkanlah kami untuk bertemu kembali dengan seluruh orang tua kami, dan saudara kami  untuk bertemu kembali di syurgamu dengan penuh keridhoan.
Jadikan negri ini negri yang berkah,  berikan kepada kami pemimpin yang berkualitas dan bijak, tidak memihak kepada kebathilan atau egois dengan dirinya sendiri, tidak mengumpulkan harta dan  haus kekuasaan, sementara  rakyatnya  kelaparan, menderita, serta malapetaka ada dimana-mana.
ya Allah jadikan negri ini, seperti  negri  Madinah sewaktu Rasulullah memimpinnya, sebuah negri yang aman, makmur dan  semua orang meras tenang.

http://play.google.com/store/apps/details?id=com.muslimmedia.Khutbah1

Khutbah Idul Adha Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS


KHUTBAH PERTAMA:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
 اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.

Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa  kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)


Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan  “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang  “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :


قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah,  sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka  melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan.  Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku.  Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
 “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya  “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat  Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa,  mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



KHUTBAH KEDUA :

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
 رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
http://play.google.com/store/apps/details?id=com.muslimmedia.Khutbah1

KHUTBAH IDUL FITRI MEMBANGUN MASYARAKAT SEJAHTERA DENGAN KETAQWAAN

الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Fitri Rahimakumullah
    Kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semuanya, sehingga pada hari ini kita bersama dapat duduk bersimpuh mengucapkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil sebagai perwujudan dari rasa syukur kita menyelesaikan ibadah shaum di bulan suci Ramadhan. Dan hari ini kita memasuki hari yang penuh dengan kebahagiaan rohani, kelezatan samawi dan kenikmatan spiritual, sejalan dengan firman-Nya pada QS. Al-Baqarah ayat 185:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: .. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. {البقرة : 185}.
“…Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, niscaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah: 185).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Ibadah shaum di bulan Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, sesungguhnya adalah suatu proses pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan bagi orang-orang yang beriman yang menghantarkannya pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut dengan taqwa (لعلكم تتقون). Taqwa inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama kesejahteraan. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: يَآأَيـــُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. {الحجرات : 13}.
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13).

Dengan ketaqwaan yang terus-menerus kita bangun dalam diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, masyarakat dan bangsa kita, insya Allah akan menumbuhkan kesejahteraan dan keberkahan hidup yang senantiasa kita dambakan. Kita menyadari dan kita akui dengan jujur bahwa saat ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keberkahan dan kesejahteraan masih belum kita raih. Ini terbukti dari jumlah orang miskin yang semakin banyak, angka pengangguran semakin tinggi, jumlah anak usia sekolah yang tidak bisa sekolah semakin besar, penduduk yang termasuk tunawisma, tidak memiliki tempat tinggal yang layak semakin banyak, apalagi kalau kita melihat kriteria rumah tangga miskin yang saat ini di negara kita mendapatkan uang kompensasi BBM 300 ribu untuk tiga bulan, ternyata jumlahnya cukup banyak. Dan dibeberapa daerah tertentu angkanya meningkat sebesar 14,3%. Jika diukur dengan kriteria kemiskinan antara lain sebagai berikut: Luas tempat tinggal: kurang dari 8m2 perorang, jenis lantai bangunan tempat tinggal adalah tanah/bambu/kayu murahan. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu kualitas rendah. Fasilitas tempat buang hajat sama sekali tidak ada. Sumber penerangan rumah bukan listrik, sumber air minum adalah sumur atau mata air tidak terlindungi bahkan kadangkala juga sungai. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah, tetapi dengan melonjaknya harga minyak tanah saat ini banyak yang kembali dengan menggunakan kayu bakar. Tidak pernah mengkonsumsi daging/susu/ayam, kecuali maksimal seminggu sekali. Tidak pernah pula membeli pakaian baru, kecuali setahun sekali. Kemiskinan ini semakin bertambah-tambah dengan banyaknya musibah yang menimpa masyarakat dan bangsa kita, seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan badai tsunami, seperti terjadi akhir tahun yang lalu terutama di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias Sumatera Utara. Ditambah lagi kini semakin banyak para pekerja yang di PHK-kan oleh perusahaannya masing-masing.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
    Memang kondisi semacam ini terasa sangat ironis dan sangat kontradiktif jika dikaitkan dengan kondisi tanah negara kita yang sangat subur, sumber alam yang melimpah ruah dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Tetapi tentu hal ini tidaklah mengherankan jika dilihat dari ajaran Islam itu sendiri. Di dalam Al-Qur'an tidak ada satu ayat pun yang mengkaitkan kesuburan dengan kemakmuran. Artinya negeri yang subur tidak otomatis rakyatnya akan menjadi makmur. Bahkan kesuburan akan menjadi malapetaka kalau disertai dengan kekufuran terhadap nikmat Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firman Allah pada QS. An-Nahl ayat 112.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَضَرَ بَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْأ يَصْنَعُوْنَ. {النحل : 112}.
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya daya kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; oleh karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebebabkan apa yang telah mereka perbuat”. (QS. An-Nahl: 112).

Bahkan sungguh sangat menarik hasil penelitian Lembaaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2004 yang menyatakan bahwa di negara kita terdapat empat propinsi yang paling subur, tetapi ternyata penduduknya paling miskin.

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Kemakmuran dan kesejahteraan sesungguhnya akan bisa dibangun dan diraih melalui perilaku yang baik, yang berdasarkan iman dan taqwa, seperti kejujuran, kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, dan sosial), etos kerja yang tinggi, etika berusaha dan bekerja yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid dan kepekaan sosial yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak digambarkan betapa kejujuran (ash-Shiddiq) akan meraih kebaikan, sebaliknya khianat, dusta, korup dan mengambil hak orang lain akan menghasilkan berbagai macam keburukan. Rasulullah Saw. bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِىْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يـَهْدِى إِلَى اْلجَنَّةِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدِقُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يـَهْدِىْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يـَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ  حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً . {رواه البخارى}.
“Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan jujur, kerena kejujuran akan melahirkan kebaikan (keuntungan-keuntungan). Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke surga. Jika seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti dicatat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu, karena dusta itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke neraka. Jika seseorang terus-menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang selalu berdusta.”(HR. Bukhari).

    Perhatikan pula firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 188:
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: وَلاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. {البقرة : 188}.
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan cara bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 188).

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Islam juga mengajarkan etos kerja yang tinggi dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri kita untuk mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini yang disebut dengan itqan atau ihsan. Sebagaimana sabdanya:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدَكُمُ الْعَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ. {رواه الديلمي}.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai suatu perbuatan yang dikerjakan secara itqan (profesional)”. (HR. Ad-Dailamiy).

Salah satu do’a yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. adalah do’a terhindar dari sifat lemah, malas, kikir, dan penakut.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَغَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. {رواه البخارى ومسلم}.
"Rasulullah Saw. bersabda: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).

Disamping etos kerja yang tinggi, juga menumbuhkan etika bekerja dan etika berusaha. Artinya hanya rizki yang halallah, baik substansinya maupun cara mendapatkannya yang dicari dan dilakukannya. Karena disadari, rizki yang halal akan menimbulkan perilaku yang baik, sebaliknya rizki yang haram akan menimbulkan perilaku yang buruk. Allah berfirman dalam QS. 2: 168:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَآ أَيــُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فيِ الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ. {البقرة : 168}.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menyatakan:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الْحَرَامِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ.{الحديث}.
”Rasulullah Saw. bersabda: ”Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih pantas baginya”. (al-Hadits).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Disamping kejujuran, etos kerja, dan etika kerja yang harus kita bangun, kepekaan sosial pun harus senantiasa kita tumbuhkan. Artinya rizki yang kita dapatkan bukanlah sekedar untuk diri kita dan keluarga kita, tetapi disitu terdapat hak orang lain, terutama hak fakir-miskin. Allah SWT berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 19.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ. {الذاريات : 19}.
” Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”. (QS. Adz-Dzariyat: 19).

Kepekaan sosial ini ditumbuhkan antara lain dengan cara memberikan sebagian harta kita kepada mereka yang membutuhkan, terutama fakir-miskin, baik dalam bentuk zakat ataupun infaq dan shadaqah. Yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa kesediaan berzakat, berinfaq atau bershadaqah merupakan ciri utama akhlaq orang yang bertaqwa, yang sarana pembangunan ketaqwaan itu adalah ibadah shaum di bulan Ramadhan. Allah berfirman dalam QS. 3: 133-134.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُـتَّقِيْنَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فيِ السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ (134). {ال عمران : 133-134}.
” Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134)”. (QS. Ali Imran: 133-134).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah
Yang perlu kita sadari adalah bahwa ternyata kesediaan kita untuk berzakat atau berinfaq akan menimbulkan ketenangan bathin, kejernihan pikiran, dan bahkan harta kita yang kita infaqkan akan semakin berkembang dan bertambah keberkahannya. Firman Allah dalam QS. 2: 261 dan QS. Ar-Rum ayat 39.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ. {البقرة : 261}.
” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261).
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِنْدَ اللهِ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ. {الروم : 39}.
” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Rum: 39).

Mudah-mudahan dengan sifat-sifat tersebut di atas, yang merupakan sebagian dari sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa, kita bisa membangun kesejahteraan pada diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita. Amien ya rabbal ’alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَئِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ وَأدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فيِ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ الله ِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلَوْ أَنَّ أَهْلُ الْقَرَى ءَامَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَنُوْا يَكْسِبُوْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.






DO’A KHUTBAH II
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلاَهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami, nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat iman serta Islam. Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah kami semua hamba-hamba-Mu yang pandai mensyukuri nikmat-Mu, dan janganlah Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ingkar dan kufur terhadap segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
لَئِنْ شَكَْرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan dan dosa kedua orang tua kami, kesalahan dan dosa saudara-saudara kami, kaum muslimin dan muslimat yang telah melalaikan segala perintah-Mu dan melaksanakan segala larangan-Mu. Andaikan Engkau tidak mengampuni dan memaafkan kami, kami takut pada adzab-Mu di akhirat nanti dan pertentangan bathin dalam kehidupan dunia ini. Ya Allah. Janganlah Engkau limpahkan adzab-Mu kepada kami, karena dosa dan kesalahan kami. Kami yakin ya Allah, rahmat dan ampunan-Mu jauh lebih luas daripada adzab-Mu.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Terimalah segala amal ibadah kami, terimalah ibadah puasa kami, terimalah shalat kami dan amal ibadah kami yang lain. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu bertaqwa, yang ridha dan ikhlas untuk melaksanakan segala aturan-Mu, yang ridha dan ikhlas, Islam sebagai ajaran-Mu, yang ridha dan ikhlas, Al-Qur'an sebagai imam dan petunjuk kami, yang ridha dan ikhlas, Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan kami.
Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Berbagai macam ujian dan musibah kini sedang menimpa masyarakat dan bangsa kami. Kami yakin musibah itu bukan karena Engkau membenci kami, akan tetapi sebagai peringatan agar kami semua lebih dekat dan lebih cinta kepada-Mu. Agar kami semuanya lebih memiliki sikap سمعنا وأطعنا akan segala ketentuan-Mu. Agar kami semua kembali pada agama-Mu, yaitu agama Islam yang Engkau ridhai.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونْ فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْـئَلُوْهُ مِنْ فَضْـلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.
http://play.google.com/store/apps/details?id=com.muslimmedia.Khutbah1